Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai
oleh ketidakseimbangan kadar gula darah. Gula darah yang begitu tinggi dapat
memengaruhi berbagai kerja organ penting, bahkan termasuk otak. Sebagai organ
yang sangat bergantung dengan aliran darah, komplikasi diabetes yang tidak
terkontrol dapat merusak otak dan menimbulkan penurunan ketajaman otak. Kok
bisa?
Diabetes menyebabkan Anda sulit
berpikir jernih dan cepat pikun
Gangguan kogntif ringan dan demensia
merupakan dua dari sekian banyak dampak diabetes pada kesehatan otak.
Gangguan kognitif didefinisikan sebagai penurunan kemampuan otak untuk berpikir
jernih — memproses, mengingat, dan menyimpan informasi. Satu studi melaporkan
adanya perbedaan tajan dari kemampuan kognitif antara penderita
diabetes dengan orang yang sehat. Penderita diabetes memiliki peluang hingga
90% lebih tinggi untuk mengalami penurunan kemampuan kognitif.
Pada umumnya gangguan kognitif ringan tidak mengganggu
aktivitas seseorang. Namun ini merupakan fase transisi awal terhadap
penyakit demensia.Demensia dianggap sebagai gangguan kognitif yang menyebabkan
kerusakan otak serius, di mana otak sudah benar-benar kehilangan kemampuan
untuk memproses informasi. Demensia membuat penderitanya mengalami kesulitan
untuk berbicara dan mengalami gangguan perilaku.
Diabetisi yang berisiko mengalami demensia pada
awalnya menunjukkan gejala penurunan kemampuan kognitif ringan. Namun ini
bahkan bisa dimulai selama periode pradiabetes, di mana
seseorang cenderung mengalami hiperglikemia.
Faktor lain sepeti hipertensi hiperkolesterolemia, obesitas,
dan perilaku merokok pada penderita diabetes juga dapat mempercepat terjadinya
demensia. Dalam suatu studi ditunjukan bahwa lansia memiliki peluang hingga 70%
lebih tinggi untuk mengalami demensia jika ia menderita diabetes.
Bagaimana komplikasi diabetes dapat
memengaruhi fungsi otak?
Normalnya, otak memerlukan aliran darah yang optimal.
Tapi pada diabetisi, aliran darah ke seluruh tubuh dan otak cenderung tidak
stabil. Studi yang dikutip dari Medical News
Today, menunjukan setelah pengamatan selama dua tahun penderita
diabetes mengalami penurunan volume aliran darah menuju otak. Volume aliran
darah yang tidak stabil juga diikuti penurunan kemampuan kognitif pada
penderita diabetes.
Peneliti utama dari studi tersebut, Dr. Vera Novak,
menjelaskan bahwa kerusakan otak sangat erat hubungannya dengan
komplikasi diabetes dan kadar gula darah yang terlalu tinggi.
Dan tidak hanya aliran darah tidak stabil, kerusakan juga terjadi di saraf
otak yang terbukti dipicu oleh diabetes. Studi oleh Dr. Novak juga
menunjukan adanya peradangan pada otak berdasarkan hasil
pemindaian MRI.
Pada studi
lain, hasil MRI pada otak penderita diabetes menunjukan adanya penyusutan
jaringan (atrofi) saraf otak. Penderita diabetes diketahui memiliki penurunan
volume hipokampus, suatu bagian otak yang berperan dalam proses mengingat dan
navigasi (petunjuk posisi dan arah).
Penyusutan juga terjadi pada materi
putih dan abu-abu dalam otak yang berperan menghantarkan sinyal
listrik dan memproses informasi. Meski hal ini dapat terjadi karena
penuaan alami, namun komplikasi diabetes yang tidak terkontrol dapat
mempercepat proses ini hingga tiga kali lebih cepat.
Diabetes tipe-1 juga dapat memicu
gangguan kognitif
Diabetes tipe 2 berhubungan erat dengan gangguan
kognitif yang berkaitan dengan ketajaman proses berpikir dan daya ingat. Hal
ini cenderung wajar karena jenis diabetes ini lebih banyak diderita oleh
orang dewasa dan lansia, terutama jika gejala kenaikan gula darah abnormal
muncul saat usia dewasa, Risiko perkembangan gangguan kognitif hingga berubah
menjadi demensia juga akan semakin tinggi ketika penderita diabetes sudah
menggunakan terapi insulin dan mengalami komplikasi diabetes saat usia dewasa.
Namun mekanisme gangguan kognitif akibat
komplikasi diabetes tipe
1 ternyata sedikit berbeda. Diabetes tipe 1 muncul saat usia remaja
bahkan anak-anak. Menderita diabetes saat masa pertumbuhan dapat mengganggu
perkembangan proses berpikir, persepsi visual, kemampuan psikomotorik,
dan konsentrasi.
Penurunan kemampuan kognitif tersebut dapat muncul sekitar dua
tahun setelah terdiagnosis diabetes tipe 1. Meski demikian, penderita diabetes
tipe-1 cenderung tetap memiliki kemampuan mengingat yang baik walau mereka
mengalami hiperglikemia dalam waktu yang lebih lama.
Semakin muda usia penderita saat gejala diabetes tipe
1 muncul, maka semakin besar risiko mereka untuk mengalami gangguan kognitif.
Seorang anak yang sudah mengalami gejala diabetes tipe 1 saat berusia di bawah
tujuh tahun berisiko mengalami gangguan kognitif yang lebih serius.
--------------------------------------------------------------------
Konsultasikan Masalah Diabetes Anda di:
Whats App: +6282274212967 atau klik disini goo.gl/nR2XbQ
BBM : D32B723D atau klik disini http://blck.by/2xpjp70
Semoga Bermanfaat bagi kita semua :)
#diabetsolution
#pedulidiabet
--------------------------------------------------------------------
Konsultasikan Masalah Diabetes Anda di:
Whats App: +6282274212967 atau klik disini goo.gl/nR2XbQ
BBM : D32B723D atau klik disini http://blck.by/2xpjp70
Semoga Bermanfaat bagi kita semua :)
#diabetsolution
#pedulidiabet
Belum ada tanggapan untuk "Waspada, Diabetes yang Tidak Terkontrol Sebabkan Demensia. Ini Alasannya"
Posting Komentar