Apa hubungan antara diabetes dan depresi?
Pasien
yang dirawat karena diabetes tipe 2 mengalami gejala-gejala depresi lebih
tinggi dibandingkan dengan populasi pada umumnya dan para ahli menyarankan
untuk mengobati kedua kondisi tersebut pada waktu yang sama. Bahkan penderita
diabetes dengan gejala yang ringan sampai sedang harus waspada akan terjadinya
depresi dan siapa saja dengan riwayat depresi harus diperiksa untuk melihat
adanya diabetes.
Menurut
Pusat Pengendalian Penyakit & Pencegahan (CDC), diabetes dapat menggandakan
risiko seseorang mengalami depresi. Masih belum jelas mengapa hal ini dapat
terjadi. CDC berpendapat bahwa ini bisa disebabkan baik karena stres psikologis
yang menyebabkan depresi atau karena efek metabolik diabetes pada fungsi otak.
Atau, ada kemungkinan bahwa orang dengan depresi lebih mungkin untuk mengalami
diabetes. Kondisi ini merupakan kondisi yang saling berhubungan dan sulit untuk
dipastikan.
Ada
banyak alasan mengapa hubungan diabetes dan depresi begitu penting. Gejala depresi
sering membuat diabetes lebih sulit untuk dikelola dan studi menunjukkan bahwa
orang dengan diabetes yang memiliki gejala depresi, sering memiliki kadar
glukosa darah lebih tinggi dibandingkan pasien non-depresi. Selain itu, menurut
sebuah studi pada tahun 2011, pasien yang memiliki keduanya memiliki persentase
52% lebih mungkin untuk menderita serangan jantung atau stroke.
Apa yang menyebabkan depresi saat diabetes?
Saat
ini masih belum jelas apakah depresi menyebabkan pola makan yang buruk (dan
glukosa darah tinggi), atau jika tuntutan pengelolaan penyakit kronis seperti
diabetes tipe 2 menyebabkan depresi dan akhirnya, lebih banyak kesulitan
mengelola penyakit. Nampaknya kedua penyakit ini disebabkan dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko yang sama, seperti riwayat keluarga,
obesitas, hipertensi, tidak aktif, dan penyakit arteri koroner.
Penelitian
terbaru bahkan menunjukkan hubungan antara anak-anak non-diabetes dengan gejala
depresi dan perkembangan resistensi insulin mereka enam tahun kemudian, terlepas
dari berat badan atau massa tubuh. Memiliki depresi telah dikaitkan sebagai
faktor risiko independen untuk diabetes tipe 2.
Baru-baru
ini, para peneliti telah mulai mencari bukti lebih banyak tentang hubungan
antara diabetes dan depresi, dan apakah penurunan volume darah ke otak (mungkin
karena kerusakan dari neuropati diabetes dan/atau tersumbatnya pembuluh darah)
merupakan penyebabnya. Studi terbaru yang menyelidiki teori ini, termasuk studi
pada tahun 2008 yang diterbitkan dalam American Journal of Psychology
Geriatric, menemukan bahwa, “Diabetes terkait dengan peningkatan atrofi otak
dan buruknya fungsi motorik pada usia 60-64 tahun, depresi, risiko pembuluh
darah, dan penyakit pembuluh darah kecil di otak.”
Para
ahli mengetahui pasti bahwa manajemen yang buruk dari diabetes bisa meniru
gejala depresi dan gejala depresi ini mengakibatkan buruknya pola pengobatan
pasien diabetes. Misalnya, glukosa darah yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dapat menyebabkan peningkatan kecemasan, kegelisahan, atau energi yang
rendah. Gula darah yang rendah juga dapat menyebabkan Anda merasa sangat lapar
dan memiliki kecenderungan untuk makan berlebihan.
Apa saja gejala depresi?
Hanya
berurusan dengan penyakit kronis seperti diabetes dan komplikasinya saja dapat membuat
Anda merasa tidak nyaman. Jika Anda merasa tertekan dan sedih, dan tidak
kunjung membaik dalam beberapa hari, Anda mungkin menderita depresi. Ketahui
beberapa gejala depresi berikut dan konsultasikan dengan dokter Anda:
- Tidak lagi menemukan kesenangan dalam kegiatan yang pernah Anda nikmati
- Mengalami insomnia atau justru terlalu banyak tidur
- Kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan
- Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
- Merasa lesu
- Merasa cemas atau gugup sepanjang waktu
- Perasaan terisolasi dan sendirian
- Merasa sedih di pagi hari
- Perasaan bahwa Anda “tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar”
- Memiliki pikiran untuk bunuh diri
- Menyiksa diri sendiri
Jika
Anda menderita gejala depresi, Anda harus menghubungi seorang spesialis
kesehatan mental, atau dokter umum Anda yang kemudian dapat merekomendasikan
Anda dengan seorang ahli kesehatan mental.
Apa pengobatan untuk depresi yang disebabkan diabetes?
Menyadari
risiko Anda untuk mengalami depresi adalah langkah pertama untuk melakukan
pengobatan. Pertama, diskusikan situasi dan gejala Anda dengan dokter utama
Anda. Ia akan merujuk Anda ke seorang ahli kesehatan mental untuk konsultasi.
Pengobatan biasanya melibatkan psikoterapi atau beberapa bentuk konseling
dan/atau obat antidepresan.
Sementara
itu, ada hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu meringankan gejala
depresi Anda, seperti meningkatkan aktivitas fisik Anda. Setiap bentuk olahraga
cenderung akan membuat Anda merasa lebih baik, setidaknya dalam jangka pendek,
karena pelepasan endorfin di otak. Zat kimia otak ini telah terbukti membantu
mengurangi gejala depresi. Meningkatkan aktivitas fisik Anda juga memiliki
banyak manfaat kesehatan bagi penderita diabetes, seperti penurunan berat
badan, dan massa tubuh, menurunkan kadar glukosa darah, dan meningkatkan energi
serta stamina.
Langkah-langkah
lain yang dapat membantu meringankan depresi termasuk menjadi lebih proaktif
tentang manajemen diabetes. Ketahuilah informasi tentang penyakit Anda.
Tingkatkan pemantauan kadar glukosa darah Anda. Mintalah dukungan tambahan dari
keluarga dan teman-teman. Selain itu, hindari kafein, narkoba dan alkohol, dan
jaga jadwal tidur Anda.
Whats App: +6282274212967 atau klik disini>>> goo.gl/nR2XbQ
BBM : D32B723D atau klik disini http://blck.by/2xpjp70
Semoga Bermanfaat bagi kita semua :)
Belum ada tanggapan untuk "Komplikasi Diabetes: Depresi"
Posting Komentar